Tuesday, 29 November 2011

WARNA DAN MAKNANYA DALAM KEHIDUPAN

WARNA DAN MAKNANYA DALAM KEHIDUPAN

I. PENDAHULUAN

Warna memiliki makna dan fungsi yang sangat penting dalam kehidupan
organisme. Bukan hanya manusia tetapi juga binatang dan tumbuhan berkepentingan
dengan warna. Manusia dapat memanfaatkan warna baik untuk berbagai kepentingan
kehidupan sehari-hari maupun untuk menggali ilmu dan pengetahuannya. Warna dapat
dilihat oleh manusia dan beberapa kelompok binatang karena adanya alat indera
penglihatan.
Dalam kehidupan sehari-hari warna sering digunakan untuk menarik perhatian
misalnya di dalam dunia perdagangan, periklanan digunakan kombinasi warna agar suatu
produk menjadi menarik. Lampu pengatur lalu lintas juga menggunakan warna. Militer
menggunakan kombinasi warna agar dapat mengaburkan penglihatan musuh. Bahkan
warna dan kombinasinya dapat mempengaruhi situasi seperti menimbulkan rasa tenang,
membangkitkan suasana gembira, murung, sedih dan marah. Manusia menggunakan
warna pakaian agar dapat menarik perhatian, bahkan kombinasi warna yang digunakan
untuk merias wajahpun yang sering digunakan perempuan dimaksudkan agar kelihatan
tambah cantik dan menarik.
Dahulu orang memilih warna hanya berdasarkan kepada perasaannya saja, tetapi
masa sekarang dengan kemajuan teknologi memilih warna merupakan pengetahuan
tersendiri yang dilakukan dengan percobaan-percobaan di laboratorium sehingga dapat
menghasilkan warna dan kombinasinya yang hampir tak terbatas jumlahnya.
Di dalam teori warna dikenal istilah warna dasar yang terdiri dari merah, kuning
dan biru, warna ini disebut dengan warna primer. Selain istilah tersebut dikenal juga
warna sekunder, warna tersier, lingkaran warna, hue, warna monokromatis, warna
analog, warna komplementer dan warna kontras. Warna-warna tersebut sering dipilih
oleh manusia untuk memenuhi “rasa” yang dimiliki dan diinginkannya. Bagaimana
dengan warna di alam atau dalam dunia kehidupan?
Keindahan warna di alam dan kombinasinya serta pola-pola warna jauh lebih tak
terbatas. Keindahan warna di alam sering dituangkan oleh para seniman dalam suatu
lukisan atau sebuah nyanyian, seperti lagu pelangi. Namun demikian tetap saja tidak
akan pernah seindah warna aslinya walaupun ada sebuah iklan yang memiliki slogan
seindah warna aslinya. Di alam sering ditemui warna-warna mencolok, lembut dan
kusam. Warna-warna mencolok yang sering dimiliki hewan atau dimunculkan hewan

pada saat tertentu dan juga yang dimiliki tumbuh-tumbuhan dapat merupakan tanda
peringatan bagi musuhnya atau daya tarik bagi organisme lain. Apakah warna dan pola
warna yang dimiliki hewan dan tumbuhan tersebut merupakan suatu kebetulan?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, para ahlipun masih bertentangan, ada yang
berpendapat bahwa hal tersebut terjadi secara kebetulan dan tidak mempunyai tujuan,
tetapi ahli lain menyangkal hal tersebut bahwa setiap titik, setiap garis, dan setiap pola
yang sekecil-kecilnyapun memiliki fungsi tertentu. Pendapat terakhir inipun sekarang
semakin berkembang karena ditunjang oleh bukti-bukti ilmiah. Mustahil Alloh, S.W.T.
menciptakan sesuatu tanpa ada gunanya. Sekarang, marilah kita tinjau warna dan
maknanya dalam dunia kehidupan, yaitu hewan dan tumbuh-tumbuhan.

II. WARNA DALAM DUNIA KEHIDUPAN

A. Mata pada Manusia dan Hewan.
Mata merupakan indera penglihatan sehingga manusia dapat melihat segala
sesuatu termasuk melihat warna. Mata memiliki beberapa bagian, diantaranya bola
mata. Bola mata memiliki tiga lapisan, yaitu sclera, choroid, dan retina. Di sini tidak
akan dibicarakan tentang anatomi mata secara menyeluruh tetapi hanya akan dibahas
tentang bagian mata yang berperan dalam melihat warna, yaitu retina.
Retina memiliki 10 lapisan, tebalnya kira-kira 0,5 mm. Lapisan paling luar
tersusun atas sel epitel yang memiliki pigmen melanin. Lapisan epitel berpigmen ini
langsung berhubungan dengan choroid. Fungsi dari lapisan pigmen ini untuk
mencegah pemantulan cahaya melalui mata. Albino, tak mampu membentuk pigmen
melanin karena kelainan genetik termasuk kurangnya pigmen pada lapisan epitel
berpigmen pada retina. Akibatnya, cahaya setelah melalui retina tak dapat diabsorbsi,
tetapi dipantulkan ke semua arah melalui mata sehingga bayangannya menjadi tak
jelas. Pada orang albino penglihatannya menjadi dua sampai tiga kali kurang jelas
dibanding orang normal. Berikutnya adalah lapisan sel-sel batang dan sel-sel kerucut
(rods dan cones). Kedua sel ini merupakan sel-sel yang peka terhadap cahaya,
jumlahnya kira-kira 7 juta sel kerucut dan beberapa ratus juta sel batang. Keduanya
tersebar merata di dalam retina. Sel-sel batang tersebar di bagian perifer (tepi,
samping) dari retina dan dirangsang oleh cahaya redup oleh karena itu penting untuk
melihat pada saat cahaya redup dan dalam gelap. Bagian eksternal dari sel batang
memiliki pigmen rhodopsin (visual purple) yang akan memudar karena ada cahaya
dan akan menghasilkan sensasi cahaya. Sel-sel kerucut sebagian besar terletak di
fovea centralis atau disebut juga macula lutea. Bagian ini kira-kira 4 mm dari arah
bintik buta (blind spot). Sel-sel kerucut mengandung iodopsin. Sel kerucut hanya
dapat dirangsang oleh cahaya terang dan ini penting untuk melihat pada saat terang
dan untuk melihat warna.
Sel-sel batang dan kerucut dihubungkan dengan sel saraf pada retina. Di bawah
sel-sel photoreceptor ini terdapat lapisan sel saraf bipolar yang di bagian dalamnya
terdapat ganglion sel saraf. Sel batang dan sel kerucut terdapat di bagian luar
sedangkan sel-sel ganglion (lapisan sel saraf) terdapat di bagian dalam membentuk
lapisan retina bagian dalam yang bergabung dengan vitreous humor. Cahaya yang
jatuh pada retina akan melalui vitreous humor harus melalui semua lapisan untuk
mencapai photoreceptor. Serabut lapisan ganglion sel saraf akan membentuk saraf
mata

1. Penglihatan Warna (Color Vision)
Kemampuan melihat warna dapat dilakukan oleh semua hewan vertebrata tetapi
tidak bersifat universal. Adanya sel-sel kerucut atau pigmen pada retina tidak berarti
bahwa hewan tertentu ada dalam posisi untuk menanggapi warna. Kebanyakan
hewan Teleostei, reptilia dan kebanyakan burung (Aves) dapat melihat warna,
sedangkan pada Amphibia diragukan. Pada mammalia kemampuan melihat warna
sangat berkembang seperti pada manusia dan primata, sedangkan pada hewan
nokturnal seperti kucing, anjing dan yang lainnya tidak dapat mempersepsi warna
dan sel-sel batang mendominasi retina. Demikian halnya dengan hewan yang hidup
di laut yang dalam sel-sel batang mendominasi Sebaliknya sel kerucut sangat
melimpah pada hewan yang aktif di siang hari.
Sel-sel batang pada vertebrata sangat sensitif terhadap intensitas cahaya rendah
oleh karena itu dipercaya lebih dapat membedakan keadaan terang dan gelap
dibanding membedakan warna. Sel-sel kerucut memiliki rentang yang lebih tinggi
terhadap cahaya. Sel kerucut lebih berfungsi hanya dalam cahaya terang dan
berfungsi pula sebagai reseptor warna. Pada hewan vertebrata ada tiga tipe sel
kerucut, masing-masing sangat sensitif terhadap warna tertentu, seperti merah, hijau
dan biru. Sensasi terhadap warna antara dipersepsi oleh stimulasi oleh ketiga tipe sel
kerucut dengan tingkatan yang berbeda. Teori: The Young Helmholtz Trichomatic
merupakan teori yang paling banyak diterima untuk penglihatan warna.
Keberadaan penglihatan warna juga telah ditunjukkan pada hewan tingkat rendah
dengan observasi perilaku setiap takson dan mengembangkan refleks kondisi. Contoh
lebah dapat membedakan empat warna, yaitu merah-kuning-hijau (6500 – 5300 A°)
dan biru-hijau (5100-4800 A°), biru-violet (4700-4000 A°), dan ultraviolet (4000-
3000 A°). Beberapa insekta nokturnal tak mampu melihat warna.
Penglihatan warna dapat ditunjukkan dengan demonstrasi berikut: Simpan seekor
ayam di ruangan gelap dan taburkan beras di sekitarnya. Sinari ruangan dengan warna tertentu. Ayam akan mematuk beras dalam cahaya merah, kuning, dan
hijau, tetapi tak akan mematuk pada cahaya biru. Hal ini berarti ayam tak mampu
melihat cahaya biru dan oleh karena itu dikatakan buta dalam warna biru. Hal yang
sama dapat dilakukan juga terhadap lebah madu yang tidak sensitif terhadap warna
merah.
Zat warna yang ada pada kulit sangat berguna untuk menahan cahaya ultra violet
dari sinar matahari yang dapat merusak jaringan kulit. Bila terlalu lama berjemur di
bawah sinar matahari warna kulit akan menjadi lebih gelap. Di lain pihak ada sejenis
ikan dan salamander yang hidup di dalam gua yang gelap tak memiliki warna sama
sekali. Warna putih dengan sedikit kemerah-merahan disebabkan oleh warna darah
yang ada di permukaan kulit. Jika hewan tersebut dipelihara di akuarium di bawah
sinar matahari, setelah beberapa hari akan timbul bintik-bintik warna coklat
kehitaman di bagian tubuh yang terkena sinar matahari. Hal ini dan juga yang kita
alami jika sering terkena sinar matahari dapat terjadi karena adanya pembentukan
pigmen.
Pada umumnya yang berwarna itu hanya bagian-bagian yang terkena cahaya
matahari. Cahaya matahari akan merangsang pembentukan pigmen di dalam kulit
sedangkan lingkungan yang gelap mengakibatkan binatang menjadi tidak berwarna.
Selain tidak berwarna, binatang yang hidup di gua juga tak mampu melihat warna.
Berkaitan dengan hal tersebut ada aturan yang cukup berlaku umum tetapi tentu ada
pengecualian-pengecualian. Aturan tersebut adalah aturan Gloger, yang berbunyi:
Pada species hewan yang homoeoterm (berdarah panas), pigmen hitam meningkat di
habitat yang hangat dan lembab, pigmen kuning kecoklatan dan merah sangat umum
di habitat iklim kering, dan pigmen akan berkurang di daerah beriklim dingin.
Secara umum dapat dikatakan bahwa warna hanya dapat terlihat pada bagian-bagian
yang terkena cahaya matahari saja.
2. Warna sebagai Sistem Pertahanan
Suatu hewan akan tampak tidak jelas bagi pemangsanya atau predatornya jika
warna tubuh hewan sesuai dengan latar belakang habitatnya atau memiliki pola
warna yang dapat mengaburkannya atau menyerupai lingkungannya yang tak dapat
dimakan. Apa yang dilakukan militerpun meniru apa yang terjadi di alam. Contoh:Pewarnaan kripsis (Crypsis) ditunjukkan oleh belalang dan ulat, warna tembus
cahaya (transparency) dari kebanyakan hewan plankton (zooplankton) yang hidup di
permukaan laut dan danau. Contoh yang paling menakjubkan adalah contoh ikan
sargassum, tubuh ikan ini menyerupai ganggang sargassum, banyak hewan
invertebrata yang menyerupai ranting, daun dan bagian bunga, ulat viceroy butterfly
(Limenitis archipppus) yang menyerupai kotoran burung. Hewan-hewan kripsis
bersifat dapat dimakan (palatable), tetapi morfologi dan warna (dan pilihan latar
belakangnya) mengurangi kemungkinan digunakan sebagai sumber.
Adanya pola warna tertentu , bercak-bercak atau pola pewarnaan tubuh yang
menyebabkan hewan sangat mirip dengan corak latar belakang lingkungan yang
ditempatinya disebut kemiripan protektif.
Pewarnaan disruptif, jika pola pewarnaan kriptik yang bentuknya sedemikian rupa
sehingga memberikan kesan visual terputus-putus atau terpisahnya gambaran
menyeluruh tubuh hewan.
Pewarnaan obliteratif, bagian dorsal tubuhnya yang terdedah pada cahaya berwarna
lebih gelap karena mengandung pigmen yang lebih banyak sedang bagian ventral
yang tidak terkena cahaya berwarna lebih terang.
Kemiripan agresif, jika warna atau bentuk tubuh hewan sangat menyerupai obyek
tertentu seperti daun, bunga, atau ranting.
Pewarnaan aposematik (peringatan). Pewarnaan kripsis merupakan strategi
pertahanan organisme yang dapat dimakan, sedangkan hewan yang beracun atau
berbahaya sering menampakkan pola dan warna yang jelas dan mencolok (terang)
misal kuning-hitam, atau hitam mengkilat atau hijau terang. Pewarnaan aposematik
biasa disertai dengan zat toksik yang dapat dikeluarkan atau dikandung oleh
tubuhnya sehingga tidak bersifat palatable bagi predatornya. Kupu-kupu monarch
(Danaus plexipus) memiliki pewarnaan aposematik selain memiliki pertahanan
secara kimia dengan kardiak glikosid. Burung yang mencoba memakannya akan
selalu mengingatnya bahwa kupu-kupu tersebut tak dapat dimakan. Hal yang dapat
diingatnya adalah pola warna. Contoh lain ular hijau atau ular weling yang memiliki
bisa yang mematikan.
Pewarnaan deflektif, jika hewan memiliki suatu bercak yang mencolok pada bagian
tubuh yang relatif kurang penting dengan maksud untuk mengelabui musuhnya,
misal bercak menyerupai mata pada sayap kupu-kupu atau sirip pada ikan.
Mimikri, merupakan bentuk adaptasi struktural yang khas yang ada kaitannya dengan
warna. Ada dua jenis mimikri, yaitu mimikri Batesia dan mimikri Muleria.
Mimikri Batesia, jika spesies mimik (yang meniru) menjadi sangat serupa dengan
species lain yang tidak palatable, yang memperlihatkan pewarnaan aposematik serta
populasinya melimpah sebagai model. Species mimik mendapat keuntungan
keserupaan morfologi ini karena hewan predator telah belajar dari pengalaman pahit
memangsa species model yang tidak palatabel dan akan menghindari species mimik.
Efektifitas mimikri Batesia akan berkurang bila kelimpahan species mimik
meningkat menyamai atau melebihi kelimpahan species model.
Mimikri Muleria, jika species mimik dan species model keduanya bersifat tidak
palatabel, sehingga hewan predator berpeluang untuk belajar dengan lebih cepat
untuk menghindari kedua species mimik dan model.
3. Pola Warna sebagai Tanda Pengenal
Biasanya warna pada hewan itu berkelompok merupakan suatu pola. Sering kita
lihat berupa titik-titik, garis memanjang atau melingkar pada tubuh yang tujuannya
belum jelas. Pola warna tersebut disebut pola warna primitip, contohnya pada
antilop dan ikan sirip jambul. Pola warna ini muncul sejak pertama kali hewan
tersebut muncul jutaan tahun lalu dan masih kita jumpai seperti sekarang pada
beberapa jenis ikan. Anehnya pola primitip muncul pada beberapa jenis hewan muda
dan akan hilang pada saat menjelang dewasa, misalnya pada anak celeng, anak tapir,
anak burung emu.
Pola warna yang lebih maju memiliki bentuk dan warna yang khas, biasanya
bagian kepala dan badan bagian belakang memiliki warna yang lebih terang
dibanding bagian lain yang memiliki warna yang khas pula. Bagian kepala dan badan
bagian belakang merupakan bagian yang pertama kali tampak jika bertemu dengan
binatang lain. Pengenalan sesama jenis, sahabat atau musuh umumnya ditentukan
pada pertemuan pertama tersebut.pertama. Pada beberapa jenis binatang walaupun
hidup di daerah yang sama atau hubungan kekerabatannya sangat dekat tidak akan
mengadakan perkawinan. Hal ini disebabkan karena perbedaan pola warna pada
kepala. Dengan demikian pola warna pada bagian kepala atau bagian lainnya
merupakan tanda pengenal untuk melakukan atau tidak melakukan perkawinan.
Contoh pada kera ayun dari Amerika Selatan dan kera lampai dari Sumatera.
Keduanya merupakan contoh pola warna yang maju.
Contoh tanda yang khas sebagai tanda pengenal antar jenis dalam satu golongan
hewan banyak ditemukan pada hewan, banyak jenis bebek yang mudah dikenali
karena memiliki warna tertentu pada sayapnya yaitu yang disebut cermin. Burung
pinguin memperlihatkan perbedaan warna bulu pada kepalanya.
Tenggorokan anak burung memiliki pola warna yang mencolok agar mudah
dikenali oleh induknya pada saat akan memberikan makan. Hal ini dapt
didemonstrasikan dengan membuat tenggorokan tiruan dari kertas yang diberi warna
maka induk akan menyuapi mulut tiruan.
Contoh pola warna pada kepala ada pada burung rangkong. Burung ini memiliki
pembuluh pada lehernya yang mengeluarkan lemak kuning. Dengan cara
menggosok-gosokkan paruhnya ke lehernya maka pembuluh lemak tadi akan
menjadi kuning.
Bagian belakang binatang juga sangat penting bagi kehidupan binatang yaitu saat
perkawinan. Hal ini dapat dijumpai pada kera Afrika dan Asia. Kera Mandril Afrika
baik yang jantan maupun yang betina memiliki pantat yang berwarna merah dan biru
tua. Pada kera Lampung betinanya mempunyai pantat yang berwarna merah dan
inipun hanya pada saat berbiak saja.
Bahagian belakang badan yang berwarna putih pada banteng, antilop, rusa dan
kelinci luar, disebut dengan cermin. Hal ini dimaksudkan agar bila ada bahaya akan
tampak pada cermin dan bila pemimpinnya lari maka anak-anaknya yang ada di
belakang induknya akan berlari mengikuti cermin induknya. Dengan demikian
binatang muda akan selalu ada di dekat induknya dan pengawasan induknya. Kita
bisa melihat anak rusa di taman akan mengikuti gerak sepeda yang spatbor bagian
belakangnya berwarna putih.
4. Pola Warna Pembeda Jenis kelamin
Pada kebanyakan binatang sukar sekali untuk membedakan jenis kelaminnya.
Secara kasar dapat dikatakan bahwa binatang jantan memiliki gaya menyerang
sedanghkan yang betina memiliki sifat lebih diam. Pada umumnya binatang jantan
memiliki warna yang lebih mencolok dan lebih indah daripada betinanya yang
kurang bervariasi dan agak suram. Contoh pada ayam dan cenderawasih. Untuk
hewan yang jelas perbedaan antara jantan dan betinanya tidaklah sulit, tetapi pada
hewan yang tidak jelas perbedaan jenis kelaminnya agak sulit. Dengan adanya pola
warna yang berbeda maka akan lebih mudah membedakannya. Hal ini terutama
terjadi pada kelompok burung. Namun demikian pada jenis ikanpun dapat dijumpai
misalnya, ikan sepat siam jantan pada musim berbiak memiliki warna yang lebih
mencolok.
Ayam hutan jantan memiliki warna lebih mencolok dibanding betinanya yang
berwarna suram kelabu. Kasuari Afrika baik jantan maupun betinanya mengerami
telurnya, betina yang berwarna kelabu mengeram pada waktu siang hari sedang yang
jantan berwarna agak tua kehitaman mengeram pada malam hari. Hal ini dilakukan
agar tidak tampak jelas oleh musuhnya. Mengapa pola warna hewan jantan lebih
mencolok. Hal ini karena hewan betina lebih suka kawin dengan hewan jantan yang
lebih indah bulunya.
5. Kamuflase
Kemiripan warna dengan latar belakang tempat hidupnya. Maksudnya agar
terhindar dari serangan musuhnya. Hewan yang hidup di daerah bermusim dingin
dan musim panas memiliki kemampuan mengubah warna tubuhnya sejalan dengan
perubahan musim. Misalnya kelinci salju dan rubah kutub, pada musim panas
memiliki warna kelabu pirang, sedangkan pada musim dingin warnanya berganti
menjadi putih bersih.
Pada serangga banyak sekali ditemui kamuflase: Kupu-kupu kalima memiliki
sayap bentuk daun, Belalang ranting berjalan mirip dengan ranting, belalang lain
memiliki sayap berwarna hijau dan lebar menyerupai daun. Di padang pasir dan
padang rumputpun banyak terjadi kamuflase, seperti pada rubah, hyena, singa, rusa,
burung kasuari Afrika, burung emu, burung puyuh, kadal, ular dan banyak serangga.
Di hutan tropik lebih banyak lagi, karena batang pohon yang beraneka warna,
mulai kelabu, pirang sampai yang hitam. Daun dan bunga yang beraneka ragam
ditambah gerakan dan bayang-bayang karena sinar matahari merupakan habitat yang
sangat tepat untuk mencari contoh kamuflase, mulai berbagai jenis burung, kadal,
ular, kupu-kupu, bahkan harimau

WARNA DALAM DUNIA KEHIDUPAN

A. BINATANG
1. PENGLIHATAN WARNA
VERTEBRATA:
TELEOSTEI, REPTILIA DAN AVES
DAPAT MELIHAT WARNA,
AMPHIBIA DIRAGUKAN
MAMMALIA BERKEMBANG:
MANUSIA DAN PRIMATA
AYAM MAMPU MELIHAT CAHAYA
MERAH, KUNING, DAN HIJAU,
TETAPI TAK AKAN MEMATUK PADA
CAHAYA BIRU
HEWAN NOKTURNAL: KUCING,
ANJING DAN YANG LAINNYA TIDAK
DAPAT MEMPERSEPSI WARNA
HEWAN LAUT DALAM: SEL-SEL
BATANG MENDOMINASI
SEL KERUCUT SANGAT MELIMPAH
PADA HEWAN DIURNAL
SEL BATANG (RATUS JUTA)
MELIHAT PADA SAAT CAHAYA
REDUP DAN DALAM GELAP
SEL KERUCUT (7 JUTA) PENTING
UNTUK MELIHAT SAAT TERANG
DAN WARNA
HEWAN TINGKAT RENDAH
LEBAH DAPAT MEMBEDAKAN EMPAT
WARNA, YAITU MERAH-KUNINGHIJAU
(6500 – 5300 A°), BIRU-HIJAU
(5100-4800 A°), BIRU-VIOLET (4700-4000

, DAN ULTRAVIOLET (4000-3000 A°).
LEBAH MADU TIDAK SENSITIF
TERHADAP WARNA MERAH
BEBERAPA INSEKTA NOKTURNAL
TAK MAMPU MELIHAT WARNA.
2. FUNGSI WARNA
a. SISTEM PERTAHANAN
PEWARNAAN KRIPTIK
KEMIRIPAN PROTEKTIF
PEWARNAAN DISRUPTIF
PEWARNAAN OBLITERATIF
KEMIRIPAN AGRESIF
PEWARNAAN APOSEMATIK
(PERINGATAN)
b. POLA WARNA TANDA PENGENAL
c. POLA WARNA PEMBEDA JENIS KELAMIN
d. KAMUFLASE
B. TUMBUHAN
1. JENIS PIGMEN:
KHLOROFIL (HIJAU), WARNA DASAR
KAROTEN (JINGGA), PENCERAH &
PENGAWET
XANTOFIL (KUNING)
FUKOSANTIN (COKLAT)
FIKOERITRIN (MERAH)
FIKOSIANIN (BIRU)
ANTOSIANIN (MERAH DAN BIRU), Pigmen
penghias
VIOLANIN (UNGU)
2. FUNGSI:
a. PIGMEN UNTUK FOTOSINTESIS (khlorofil
dan karoten)
b. BERPERAN DI DALAM PENYERBUKAN
DAN PENYEBARAN BIJI
c. PENARIK SERANGGA DAN HEWAN LAIN
KARENA WARNA YANG MENARIK
(antosianin)
SIFAT:
1. MAMPU MENYERAP CAHAYA PADA
FOTOSINTESIS, KHLOROFIL DAN
KAROTENOID (KAROTEN DAN XANTOFIL)
2. KAROTENOID TAHAN TERHADAP PROSES
PENCERNAAN DAN MERUPAKAN SUMBER
VITAMIN A
3. DIPENGARUHI OLEH pH, e.g: antosianin dengan
basa menjadi biru. Bunga Hydrangea di tanah
bersifat asam berwarna merah muda, di tanah
dengan pH basa berwarna biru.
4. ANTOSIANIN MEMILIKI RENTANG WARNA
PALING BERAGAM DARI MERAH JAMBU
SAMPAI BIRU, JUGA PUTIH e.g: African violet
5. MENGALAMI PERUBAHAN MUSIMAN DI
DAERAH TEMPERATA
Karena sintesis khlorofil menurun selama musim
gugur dan pemecahan khlorofil terus berlangsung,
karoten dan xantofil yang tadinya tertutup muncul
ke permukaan. Perubahannya: hijau-kuningkuning
keemasan karena ada tanin.
Warna merah karena antosianin. Antosianin
meningkat jika banyak tersedia karbohidrat di
daun.
C. GENETIK WARNA
1.WARNA DITENTUKAN SECARA GENETIK
(MELANIN PADA RAMBUT, MATA DAN
KULIT MANUSIA DAN BINATANG)
Misal: Rambut hitam dan coklat tua oleh genotip
BB, rambut putih (blonde) genotip bb, albino
bergenotip aa.
Gen yang menentukan warna rambut dan mata
berbeda.
Rambut merah memiliki pigmen merah sehingga
diperlukan dua pasang gen, yaitu B-b dan R-r.
Kombinasi pasangan genotipnya adalah:
BBRR = rambut perang (hitam kemerahan)
BbRr = rambut putih kemerahan (arbei)
BbRR = rambut merah menyala
BbRr = rambut merah
2. DIPENGARUHI OLEH PROSES
METABOLISME
3. DIPENGARUHI OLEH KONDISI
LINGKUNGAN
e.g: Orang berambut merah yang bekerja di
tambang tembaga berubah menjadi hijau, tetapi
tidak terjadi pada rambut hitam dan coklat

No comments:

Post a Comment